+44(0) 1234 567 890 info@domainname.com

Rabu, 20 Februari 2013

Upacara Mantu Kucing

18.59

Share it Please

Upacara adat “Mantu Kucing” merupakan upacara adat untuk memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agar menurunkan hujan di daerah orang-orang yang mengadakan upacara tersebut. Upacara ini diadakan bila tiba musim kemarau yang berkepanjangan dan berdampak negative terhadap warga masyarakat yang masih agraris.

                Upacara adat ini diangkat dari tradisi masyarakat desa Purworejo, Kecamatan Pacitan, Pacitan. Kejadian masa silam (tidak disebutkan tahun kejadian) dikisahkan seorang warga desa yang memperoleh “wisik” (petunjuk dari Allah) agar turun hujan, maka mereka melaksanakan upacara “Mantu Kucing”. Waktu itu para sesepuh musyawarah untuk melaksanakan upacara “Mantu Kucing”.
 
                Istilah “Mantu Kucing” tiada ubahnya seperti orang mengadakan upacara pernikaan dua anak manusia. Hanya khusus dalam keperluan ini yang dinikahkan adalah dua ekor kucing. Kucing betina berasal dari desa Purworejo, dan kucing jantan diambil dari desa tetangga yang bersebelahan yakni desa Arjowinangun. Upacara ini secara tradisional diadakan di tepi sebuah aliran sungai, tempat kucing betina yang dinikahkan dipelihara. Upacara “Mantu Kucing” ini ditradisikan di Pacitan, dalam satu kegiatan untuk meminta hujan kepada Tuhan pencipta langit dan bumi. Upacara ini diadakan bila wilayah tersebut dilanda musim kemarau yang berkepanjangan.
 
                Kisah di atas menyerupai upacara adat di kerajaan Yunani Purba, yakni sewaktu kemarau panjang rakyatnya mengadakan upacara menyembelih kambing jantan (tragos) agar dewa Zeus berkenan menurunkan hujan di daerah yang dilanda kemarau panjang. Sekalipun yang dinikahkan seekor kucing, masyarakat Pacitan menyebut dua ekor kucing yang dinikahkan itu dengan istilah “penganten” (Jawa: manten).

1 comments:

  1. Kurang lengkap ini penjelasannya. Belum ada penjelasan bagaimana prosesnya.

    BalasHapus