Nasi
Tiwul dibuat dari tepung ubi kayu melalui proses yang dapat digolongkan
tradisional, yaitu tepung ubi, atau disebut gaplek, atau masyarakat
Pacitan biasa menyebut dengan gebing, ditambahkan air hingga basah dan
dibentuk butiran-butiran yang seragam dengan ukuran sebesar biji kacang
hijau, biasanya masyarakat sekitar menggunakan sarana tampah untuk
membuat pola bentuk butiran halus, kemudian singkong tadi dikukus selama
20-30 menit.
Topografi
daerah Pegunungan Kidul yang berbukit – bukit namun gersang yang tidak
terlalu cocok untuk dijadikan lahan pertanian maupun perkebunan, membuat
masyarakat disekitar pegunungan, termasuk Pacitan hanya menggunakan
lainnya untuk tanaman yang bisa tahan di lahan yang agak gersang
tersebut, dansalah satu yang dilakukannya adalah menanam Ketela pohon
sebagai alternatif makanan mereka. Dan salah sau hasil olahan ketela
pohon adalah nasi tiwul ini. Biasanya saat musim kemarau,
berbondong-bondong petani menanam singkong, hal ini dikarenakan tanah
mereka sulit untuk mendapatkan air disaat musim tersebut. Daripada tanah
dibiarkan tak ada pengelolaan yang jelas, lebih bermanfaat ketika
mereka menanaminya dengan ketela. Setelah ketela dipanen, umur sekitar
60 sampai 90 hari, kulit ketela dikupas. setelah itu dikeringkan.
Jadilah gaplek atau gebing yang bisa disimpan sampai berbulan bulan.
Para petani tidak akan khawatir jika kemarau panjang melanda selama
mereka masih meyimpan gaplek dirumahnya.
Dari
gaplek atau gebing itulah dijadikan tiwul, makanan khas Pacitan. Memang
kandungan kalori tiwul masih tidak bisa menandingi beras, namun cukup
memenuhi sebagai bahan makanan pengganti beras. Tetapi konon nasi tiwul
bisa mencegah penyakit maag,perut keroncongan dan lain sbg-nya. Cita
rasa gaplek sangat khas dan unik. (sumber : http://terpaksabikinwebsite.wordpress.com/2009/08/11/nasi-thiwul-yang-mulai-terlupakan/
Blog nya keren Lanjutkan.
BalasHapusSilahkan juga mengunjungi Olahan Ikan Tuna.