+44(0) 1234 567 890 info@domainname.com

Sabtu, 23 Februari 2013

Pantai Banyu Tibo


Pantai Banyu Tibo (Grojogan) adalah salah satu surga tersembunyi di Pacitan. Sesuai namanya, daya tarik utama pantai banyu tibo adalah air terjun yang tidak terlalu besar yang mengalir dari mata air bawah tanah khas kawasan karst. Pantai ini termasuk pantai landai yang berpasir putih dengan lebar hanya sekitar 30 meteran dan dikelilingi karang yang cukup tinggi sehingga membutuhkan sedikit perjuangan untuk turun ke bibir pantainya.

Pantai banyu tibo terletak di desa widoro kec. Donorejo pacitan yang merupakan daerah perbatasan pacitan – wonogiri dan berjarak kurang lebih 110 km dari kota solo. Untuk mencapai pantai ini, kita bisa menggunakan kendaraan umum maupun pribadi. Menggunakan kendaraan umum dari solo kita naik bus menuju pracimantoro, kemudian menumpang angkutan lokal sampai di pertigaan desa widoro kemudian berjalan kaki sejauh 4 km menuju pantai banyu tibo. Bila menggunakan kendaraan pribadi, kita akan menempuh jalur yang sama, kita bisa membawa motor sampai ke bibir pantai, bila kita membawa mobil, kita bisa parkirkan di desa terakhir sekitar 2 km dari pantai.

Karena belum banyak dikenal orang, pantai banyu tibo masih sangat sepi, biasanya hanya ada para nelayan yang beraktivitas disana. Pantai ini sangat cocok untuk anda yang hobby berwisata dengan ongkos yang terbatas karena kita tidak akan dikenakan biaya retribusi ataupun biaya parkir. Namun imbasnya adalah di pantai ini kita tidak akan menemukan fasilitas apapun kecuali gubug semi permanen milik nelayan yang bisa untuk berteduh. Untungnya, ada air terjun dengan air tawar yang jernih yang bisa digunakan untuk sekedar membasuh muka ataupun untuk mandi jika anda punya cukup nyali. 
 
No comments

Pantai Watu Karung


Perjalanan menuju Pantai Watu Karung (WK) tidaklah mudah. Tersembunyi di salah satu titik sepanjang garis pantai selatan Pacitan (Jawa Timur, Indonesia), Pantai Watu Karung bisa dicapai dengan sepeda motor ataupun mobil sewaan melalui jalan berkelok naik turun perbukitan. Satu jam perjalanan terasa tidak ada hentinya, membuat YogYES bertanya-tanya berapa lama lagi kami akan sampai disana. Bahkan setibanya di desa bernama Watu Karung, tetap tidak ada tanda-tanda keberadaan pantai. Dan tiba-tiba muncullah sebuah pelabuhan dengan puluhan perahu kecil di depan kami. Tempat ini juga menjadi tempat pelelangan ikan para nelayan sekitar. Namun perjalanan belum berakhir karena surf spots berada di tempat yang berbeda.

Melewati jalan sempit dengan rumah-rumah penduduk di kanan kirinya, mendadak sepeda motor kami terhenti karena tanah tiba-tiba berganti dengan pasir. Di depan sana sebuah pantai cantik dengan ombak berwarna biru kehijauan membentang. Hamparan pasir putihnya terasa sangat lembut. Pulau-pulau karang menghiasi lepas pantainya. Sinar matahari yang bersinar cerah dan langit biru membuat semuanya semakin sempurna. Pantai Watu Karung adalah nirwana.

Di balik keindahannya, Pantai Watu Karung ternyata memiliki ombak yang luar biasa. Dengan tipe reef break dan dasar laut berupa batu karang, pada saat-saat tertentu Pantai Watu Karung bisa menghasilkan barrel yang akan membuat surfer serasa berada di surga. Baik surfer dengan goofy style maupun natural bisa berselancar di sini karena Pantai Watu Karung memiliki ombak kanan dan kiri. Tempat ini juga belum terlalu ramai, sehingga surfer bisa mengejar ombak dengan leluasa. Angin offshore biasanya datang pada bulan April - Oktober, menjadikan bulan-bulan ini adalah saat-saat terbaik untuk bercengkerama dengan barrel Watu Karung. Tahun 2009 lalu, peselancar top Indonesia Rizal Tanjung mengajak Bruce Irons, juara Rip Curl Pro Search 2008 untuk menjajal dan membuktikan betapa ombak Pantai Watu Karung adalah ombak kelas dunia.
sumber: http://pacitan.yogyes.com
 
No comments

Rabu, 20 Februari 2013

Kethek Ogleng




By: Endang Disis Weni, Nike Cahyanti, Evi Rusdiana

Kethek ogleng merupakan salah satu kesenian yang ada di pacitan. Kesenian ini berawal dari sebuah cerita kerajaan jawa, yaitu kerajaan Jenggala dan kerajaan Kediri yang kemudian dituangkan ke dalam seni gerak tari. Secara turun temurun kesenian ini tetap eksis di kalangan masyarakat desa Tokawi kecamatan Nawangan kabupaten Pacitan, terutama ketika sedang diadakan kegiatan syukuran atau pun pada saat hajatan.

Dalam tarian kethek ogleng, diceritakan bahwa puteri Dewi Sekartaji atau putri dari kerajaan Jenggala menjalin hubungan asmara dengan Panji Asmara Bangun pangeran dari kerajaan Kediri. Hubungan mereka sangat harmonis, karena keduanya saling mencinta dan seolah tidak bisa  dipisahkan. Akan tetapi, orang tua mereka tidak sejalan dengan cinta anak-anaknya, ayahanda sang puteri mempunyai kehendak lain, beliau menginginkan puterinya untuk menikah dengan pria pilihannya. Sang puteri menolak, tetapi ayahnya yang seorang raja bersikeras menginginkan agar anaknya menikah denga pria pilihannya, sampai akhirnya sang puteri dipaksa untuk menikah dengan pria tersebut. Karena cintanya pada Panji Asmara Bangun dan untuk menghidar dari paksaan ayahnya, sang puteri pun secara diam-diam meniggalkan kerajaan Jenggala tanpa sepengetahuan orang tuanya.

Malam hari sang puteri berangkat dengan diiringi dayang istana menuju kearah barat. Mengetahui sang kekasih pergi meninggalkan kerajaan, kemudian Panji Asmara Bangun pergi untuk mencari sang puteri. Panji Asmara Bangun singgah dirumah seorang sang pendeta dan diberi wejangan. Pergi kearah barat dan menyamar menjadi Kethek (kera). Begitu pula sang puteri yang menyamar sebagai Endang Roro Tompe (seorang gadis dengan tompel di wajahnya).

Sang Tompe hidup menyendiri di sebuah pondok di hutan. Ia hanya berteman kan binatang liar yang hidup di sekitar hutan. Begitu juga dengan sang Kethek, ia hidup menggelantung dari pohon yang satu ke pohon yang lainnya di sebuah hutan belantara. Setelah sekian lama, sang Kethek pun bertemu dengan sang Tompe. Awalnya keduanya tidak saling mengenal, akan tetapi lama kelamaan keduanya pun saling mengenal dan menjadi akrab. Karena mereka sudah merasa akrab, akhirnya mereka pun merubah wujudnya seperti semula. Sang Kethek kembali menjadi Panji Asmara Bangun dan sang Tompe pun kembali menjadi Dewi Sekartaji. Ketika mereka sudah kembali ke wujud aslinya, mereka pun kaget ternyata mereka adalah orang yang saling mengenal dan saling mencari bahkan saling mencintai.

Perjumpaan sepasang kekasih tersebut sangat mengharukan. Mereka pun saling melepas rindu, layaknya sepasang kekasih yang lama tidak bertemu. setelah itu mereka kembali ke kerajaan Jenggala untuk meminta restu dan segera menikah.

Yang menarik dari kesenian Kethek ogleng ini, selain penarinya yang cantik juga tariannya yang menggambarkan kehidupan masa silam dan merupakan kisah nyata, sehingga kesenian ini sangat menghibur bagi wisatawan yang berkunjung ke Pacitan, khususnya bagi wisatawan yang senang dengan wisata kebudayaan berupa tari-tarian.

Tari Kethek ogleng biasanya diadakan pada saamasyarakat mengadakan hajatan khususnya masyarakat desa Tokawi kecamatan Nawangan pacitan, tetapi kadang-kadang tarian ini juga dimainkan pada saat diadakannya acara-acara tertentu misalnya untuk mengiringi grup drum band ketika diadakannya karnaval hari jadi kota Pacitan.
No comments

Nasi Tiwul, Makanan Khas Pacitan

Nasi Tiwul dibuat dari tepung ubi kayu melalui proses yang dapat digolongkan tradisional, yaitu tepung ubi, atau disebut gaplek, atau masyarakat Pacitan biasa menyebut dengan gebing, ditambahkan air hingga basah dan dibentuk butiran-butiran yang seragam dengan ukuran sebesar biji kacang hijau, biasanya masyarakat sekitar menggunakan sarana tampah untuk membuat pola bentuk butiran halus, kemudian singkong tadi dikukus selama 20-30 menit.
Topografi daerah Pegunungan Kidul yang berbukit – bukit namun gersang yang tidak terlalu cocok untuk dijadikan lahan pertanian maupun perkebunan, membuat masyarakat disekitar pegunungan, termasuk Pacitan hanya menggunakan lainnya untuk tanaman yang bisa tahan di lahan yang agak gersang tersebut, dansalah satu yang dilakukannya adalah menanam Ketela pohon sebagai alternatif makanan mereka. Dan salah sau hasil olahan ketela pohon adalah nasi tiwul ini. Biasanya saat musim kemarau, berbondong-bondong petani menanam singkong, hal ini dikarenakan tanah mereka sulit untuk mendapatkan air disaat musim tersebut. Daripada tanah dibiarkan tak ada pengelolaan yang jelas, lebih bermanfaat ketika mereka menanaminya dengan ketela. Setelah ketela dipanen, umur sekitar 60 sampai 90 hari, kulit ketela dikupas. setelah itu dikeringkan. Jadilah gaplek atau gebing yang bisa disimpan sampai berbulan bulan. Para petani tidak akan khawatir jika kemarau panjang melanda selama mereka masih meyimpan gaplek dirumahnya.
Dari gaplek atau gebing itulah dijadikan tiwul, makanan khas Pacitan. Memang kandungan kalori tiwul masih tidak bisa menandingi beras, namun cukup memenuhi sebagai bahan makanan pengganti beras. Tetapi konon nasi tiwul bisa mencegah penyakit maag,perut keroncongan dan lain sbg-nya. Cita rasa gaplek sangat khas dan unik. (sumber : http://terpaksabikinwebsite.wordpress.com/2009/08/11/nasi-thiwul-yang-mulai-terlupakan/
Walaupun begitu, nasi tiwul khas Pacitan masih bisa kita jumpai di beberapa kedai makan 
1 comment

Peninggalan Purba di Pacitan

 
Budaya Pacitan juga dikenal dengan nama tradisi kapak perimbas. Hasil budaya Pacitan dianggap sebagai alat budaya batu yang paling awal di Indonesia. Corak alat-alat tersebut masih kasar dan sederhana dalam teknik pembuatannya. Pakar yang melakukan penelitian di Pacitan adalah von Koenigswald.

Daerah persebaran kapak perimbas terutama terdapat di tempat-tempat yang banyak mengandung batuan yang cocok digunakan sebagai bahan pembuat alat-alat dari batu. Tempat-tempat penemuan tradisi kapak perimbas antara lain:
1. Punung, Pacitan, Jawa Timur (tempat penemuan yang terpenting)
2. Lahat, Sumatera Selatan
3. Awangbangkal, Kalimantan Selatan
4. Cabbenge, Sulawesi Selatan.

Pacitan merupakan tempat yang paling kaya dan menduduki tempat terpenting dalam penemuan alat-alat jenis paleolitik. Lebih dari dua ribu alat telah ditemukan pada zaman paleolitik. Menurut Movius, ciri-ciri kapak perimbas adalah sebagai berikut:
1. berbentuk besar
2. masif dan kasar buatannya
3. kulit batunya masih melekat pada permukaan alat.

Alat-alat dalam budaya Pacitan teknik pembuatannya menggunakan teknik perbenturan batu-batu dan penggunaan pecahan-pecahannya yang cocok untuk mempersiapkan jenis-jenis alat yang dikehendaki.

Budaya Pacitan diduga merupakan hasil karya dari manusia purba Pithecanthropus dan keturunannya. Pada hakikatnya, berbagai alat budaya Pacitan di atas tergolong dalam dua macam tradisi alat batu, yaitu tradisi batu inti dan tradisi batu serpih.


Contoh alat-alat budaya Pacitan adalah sebagai berikut:
1. Kapak perimbas, yaitu tajaman yang berbentuk konveks (cembung) atau kadang-kadang lurus diperoleh melalui pemangkasan pada salah satu sisi pinggiran batu sehingga kulit batu masih melekat pada sebagian besar permukaan batunya.
2. Kapak penetak (chopper), yaitu sebuah alat yang dipersiapkan dari segumpal batu yang tajamannya dibentuk liku-liku melalui penyerpihan yang dilakukan selang-seling pada kedua sisi pinggiran.
3. Pahat genggam, yaitu sebuah alat yang bentuknya hampir sama dengan bujur sangkar atau persegi empat panjang yang tajamannya disiapkan melalui penyerpihan terjal pada permukaan atas menuju pinggiran batu.
4. Kapak genggam awal, yaitu sebuah alat dari batu yang berbentuk meruncing. Teknik pemangkasan alat ini dilakukan pada satu permukaan batu untuk mendapatkan tajaman.
1 comment

Potensi Batu Akik Pacitan


Potensi daerah Pacitan adalah Kerajinan batu akik yang terpusat di kawasan Donorojo, sedikit banyak telah menyumbang pendapatan asli daerah dengan  nilai penting bagi Pacitan. Mengingat, daerah Pacitan kaya dengan aneka bebatuan yang tidak hanya elok dipandang dalam bentuknya sebagai obyek wisata–kars, misalnya tetapi juga untuk diolah sebagai cinderamata bernilai seni. Oleh karena itu, apabila Anda menjejakkan kaki di Pacitan untuk berbagai tujuan, seperti perjalanan dinas atau rekreasi, kiranya kurang lengkap jika tidak membeli souvenir batu akik untuk dipakai sendiri maupun sebagai oleh-oleh. Di Desa Sukodono dan Gendaran, keduanya di Kecamatan Donorojo, bisa dijumpai sederetan perajin memajang pelbagai hasil kerajinan batu akik: batu mulia, kecubung, asihan, yaman serat mas, akik srowot, nogosuwi, dan lain-lain.
Ketika berkunjung ke Pacitan di desa Widoro, Kecamatan Pacitan, banyak pemuda pengrajin batu akik. Mereka kreatif membuat batu akik di hiasi emas dan perak. pengikat atau tatakan. ‘’Dengan batu mulia, dihiasi emas dan perak akan terlihat cantik dan banyak disukai para pembeli,’’ ujar Agung.  Ia setia dengan batu mulia jenis tersebut memiliki ciri khas yang unik, sehingga hasil olah kreativitas pada setiap biji batu juga akan sangat memengaruhi harga jualnya.
Agung berharap mengolah batu akik, ini bisa mengilhami pemberdayaan pemuda di daerahnya. Oleh karena itu, diperlukan perhatian pemerintah daerah kepada para perajin batu akik dengan, misalnya, memberikan berbagai pelatihan untuk mengembangkan kreasi produk kerajinan.
No comments

Upacara Mantu Kucing


Upacara adat “Mantu Kucing” merupakan upacara adat untuk memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agar menurunkan hujan di daerah orang-orang yang mengadakan upacara tersebut. Upacara ini diadakan bila tiba musim kemarau yang berkepanjangan dan berdampak negative terhadap warga masyarakat yang masih agraris.

                Upacara adat ini diangkat dari tradisi masyarakat desa Purworejo, Kecamatan Pacitan, Pacitan. Kejadian masa silam (tidak disebutkan tahun kejadian) dikisahkan seorang warga desa yang memperoleh “wisik” (petunjuk dari Allah) agar turun hujan, maka mereka melaksanakan upacara “Mantu Kucing”. Waktu itu para sesepuh musyawarah untuk melaksanakan upacara “Mantu Kucing”.
 
                Istilah “Mantu Kucing” tiada ubahnya seperti orang mengadakan upacara pernikaan dua anak manusia. Hanya khusus dalam keperluan ini yang dinikahkan adalah dua ekor kucing. Kucing betina berasal dari desa Purworejo, dan kucing jantan diambil dari desa tetangga yang bersebelahan yakni desa Arjowinangun. Upacara ini secara tradisional diadakan di tepi sebuah aliran sungai, tempat kucing betina yang dinikahkan dipelihara. Upacara “Mantu Kucing” ini ditradisikan di Pacitan, dalam satu kegiatan untuk meminta hujan kepada Tuhan pencipta langit dan bumi. Upacara ini diadakan bila wilayah tersebut dilanda musim kemarau yang berkepanjangan.
 
                Kisah di atas menyerupai upacara adat di kerajaan Yunani Purba, yakni sewaktu kemarau panjang rakyatnya mengadakan upacara menyembelih kambing jantan (tragos) agar dewa Zeus berkenan menurunkan hujan di daerah yang dilanda kemarau panjang. Sekalipun yang dinikahkan seekor kucing, masyarakat Pacitan menyebut dua ekor kucing yang dinikahkan itu dengan istilah “penganten” (Jawa: manten).
1 comment

Upacara Ceprotan


“CEPROTAN” MENJADI IDOLA WISATA TRADISIONAL PACITAN
Kita mendengar sebutan Pacitan, mungkin benak pikiran kita hanya terpancang pada dampak negatifnya bahwa Kota Pacitan merupakan kota yang tandus dan terpencil dibanding dengan Daerah Tingkat II yang lain di Propinsi Jawa Timur ini.
Namun dibalik semua itu Kabupaten Daerah Tingkat II Pacitan, telah menyimpan banyak potensi yang cukup handal seperti halnya industry kerajinan batu akik, hasil perkebunan buah jeruk yang sudah dikenal dengan jeruk Pacitannya. Lebih dari itu potensi-potensi pariwisata yang dimiliki oleh kabupaten ini cukup banyak jumlahnya  dan sangat menarik obyek wisatanya.
Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya wisatawan mancanegara yang mondar-mandir di Kota Pacitan manpun ditempat-tempat obyek wisata, bahkan tak j arang pula wisatawan manca Negara tersebut yang menyempatkan untuk bermalam sekaligus menikmati suasana malam di Kabupaten Pacitan yang terpencil.
Kabupaten Paeitan, memang merupakan salah satu pintu masuk wisatawan yang cukup potensial, khususnya para wisatawan dari Wonogiri Solo Jawa Tengah. Satu hal yang menjadi kendala bagi wisatawan setelah menikmati berbagai obyek-obyek wisata di Kabupaten Pacitan, mereka umumnya enggan untuk melanjutkan perjalanan ke kabupaten-kabupaten lain yang terdekat dengan Pacitan, karena jaraknya yang terlalu jauh dan tanpa didukung obyek wisata. Untuk itulah maka wisatawan mancanegara lebih senang setelah menikmati keindahan Pacitan, kembali lewat Wonogiri menuju Solo untuk melanjutkan perjalanan ke obyek wisata lain sesuai dengan selera.
UPACARA TRADISIONAL CEPROTAN
Wisata budaya berupa upacara tradisional Ceprotan, nampaknya sudah menjadi idola bagi masyarakat Pacitan, bahkan banyak pula wisatawan dari luar Kabupaten yang datang untuk menyaksikan jalannya upacara tradisional Ceprotan tersebut.
Upacara tradisional Ceprotan ini biasanya diselenggarakan pada hari Senin Kliwon, jika tidak ada hari Senin Kliwon pada bulan itu diadakan pada hari Minggu Kliwon bulan Longkang bertempat di desa Sekar Kecamatan Donorejo Kabupaten Pacitan. Untuk penyelenggaraan upacara tradisional Ceprotan pada tahun ini jatuh pada tanggal 1 Mei 1994 ditempat yang sama dan dimulai pada pukul 16.00 WIB.
Lokasi upacara Ceprotan ini terletak didaerah perbatasan dengan Wonogiri, atau sekitar 40 km arah barat daya dari Kota Pacitan, dapat ditempuh dengan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum dengan memakan waktu hampir satu setengah jam.
Upacara tradisional Ceprotan, dimaksudkan untuk mengenang sejarah kehidupan Kyai Godeg dan Dewi Sekartaji dari kerajaan Kediri yang menurut masyarakat desa Sekar merupakan orang yang pertama yang bertempat tinggal I cikal bakal didesa Sekar Kecamatan Donorejo Kabupaten Pacitan.
Mulai saat itulah Kyai Godeg membuat desa Sekar setiap hari Senin Kliwon bulan Dulkangidah /Longkang diadakan bersih desa yang sekaligus sebagai ulang tahun I hari jadi desa Sekar dengan diadakan Upacara Adat Ceprotan dengan kelapa muda untuk mengingat asal usul desa Sekar.
Tidak jauh dari lokasi upacara tersebut, tepatnya didesa Tabuhan wisatawan dapat pula menikmati wisata alam berupa gua dengan sebutan Gua Tabuhan, di gua ini kita dapat menanggap gamelan/tabuhan dari batu-batuan didalam gua dengan harus mengeluarkan uangsebesar Rp 15.000, belum termasuk sewa lampu untuk menikmati keindahan didalam gua yaitu sebesar Rp 1.000,-. Di tempat ini pula ada kios-kios souvenir khas Pacitan khususnya batu akik.
Selain itu pula, bagi wisatawan sebelum menuju desa Sekar untuk menyaksikan upacara tradisional Ceprotan khususnya yang berangkat dari Kota Pacitan pada pagi hari. Sayang rasanya jika tidak mampir terlebih dahulu, ke obyek wisata pantai yang sangat dekat dengan kota sekitar 3 Km, yaitu wisata alam pantai Teleng Ria yang cukup indah serta masih alami, yang dihiasi dengan pepohonan kelapa yang masih kecil dan hiruk pikuknya nelayan mendaratkan ikannya, dari kota kita dapat naik dokar/saldo maupun kendaraan lain. Di lokasi ini pula lengkap dengan fasilitas kolam renang, tempat bemain untuk anak, serta penginapan yang memadai.
Berdekatan dengan pantai Teleng Ria terdapat  pantai lain yang sudah dikenal pula yaitu wisata pantai Tamperan, di pantai ini wisatawan dapat berbelanja ikan segar di Tempat Pelelangan ikan (TPI), serta kios makanan khas Tiwul yangkini sangat sulit kita jumpai. (Agus Dm).
No comments

Pacitan Menjadi Geopark Dunia

Pacitan Geopark
Kondisi geologi dan peninggalan purbakala di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, bakal dinilai tim United Nation Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO) untuk dimasukkan dalam Global Geopark Network. Struktur geologi dan peninggalan purbakala di Pacitan akan dinilai tim dari UNESCO pada 7-9 Juni nanti. Asset yang dinilai tersebut berupa pegunungan, perbukitan, goa, pantai, sungai, telaga, dan ladang serta benda-benda peninggalan purbakala peninggalan sejarah. Struktur geologi dan benda peninggalan purbakala itu jika memenuhi syarat akan dimasukkan dalam aset geopark dunia. Benda-benda itu terutama tersebar di beberapa kecamatan seperti Kecamatan Donorojo, Punung, Pringkuku, dan sebagian daerah Kota Kecamatan.

Pemerintah Daerah setempat menggolongkan kawasan tersebut sebagai kawasan yang mengandung karst (bentukan permukaan bumi) kelas I. Sedangkan karst kelas II tersebar di kecamatan lain seperti Kecamatan Tulakan, Kebonagung, Sudimoro, Ngadirojo, dan Tegalombo. Disparbudpora mencatat ada 35 geosite (situs geologi) di Pacitan yang bersejarah dan kaya akan struktur geologi. Dari 35 geosite yang diajukan, ada 10 geosite yang akan dinilai tim UNESCO. Sepuluh geosite tersebut berupa:

1. Karst di Pancer Door (sebelah timur kawasan wisata Pantai Teleng Ria di Kelurahan Sidoharjo, Kecamatan Pacitan).

2. Karst di Tamperan Gung (perbukitan yang berada di kawasan Pantai Tamperan, Desa Tamperan, Kecamatan Pacitan).

3. Karst di Tamperan Atas (perbukitan yang berada di kawasan Pantai Tamperan, Desa Tamperan, Kecamatan Pacitan).

4. Karst di Pantai Klayar (Desa Sendang, Kecamatan Donorojo).

5. Stalaktit dan stalakmit di Goa Gong (Desa Bomo, Kecamatan Punung).

6. Stalaktit dan stalakmit di Goa Tabuhan (Desa Wareng, Kecamatan Punung).

7. Stalaktit dan stalakmit di Goa Song Terus (Desa Wareng, Kecamatan Punung).

8. Sedimentasi di Telaga Guyang Warak (Kecamatan Punung).

9. Sungai Bak Soka (Kecamatan Punung).

10. Artefak peninggalan purbakala (Dusun Ngrijang, Desa Sekar, Kecamatan Donorojo).

Selain Pacitan, tim UNESCO juga akan menilai kekayaan geologi di Gunung Batur, Bali. Sebelumnya, Kementarian Kebudayaan dan Pariwisata sudah mensosialisasikan rencana penilaian tim UNESCO. Fungsi dari aset geologi itu bisa jadi wadah untuk pendidikan geologi, sejarah, sekaligus tempat pariwisata. Dan tentunya dengan kabar ini, semoga mampu mengangkat dan mendukung kesuksesan pembangunan di Pacitan.

Referensi :
http://www.pacitankab.go.id/
No comments

Wayang Beber (Wayang Terpanjang Di Dunia)

Satu lagi kekayaan budaya Kabupaten Pacitan mendapat pengakuan Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI). Wayang beber sepanjang 82 meter dan lebar 110 sentimeter dinyatakan memecahkan rekor dunia sekaligus menumbangkan rekor yang sama milik DI Yogyakarta sepanjang 49 meter lebar 90 sentimeter.Manajer MURI, Sri Widayati usai menyerahkan sertifikat penghargaan di Pendopo Kabupaten Pacitan, Sabtu (14/7) mengatakan, selain ukurannya yang relatif panjang, penganugerahan juga diberikan karena nilai sejarah karya seni tersebut. Wayang beber, lanjut perempuan yang sudah beberapa kali ke Bumi Kelahitan SBY, merupakan peninggalan sejarah yang hampir punah. 
Atas inisiatif anggota DPR RI Edhie Bhaskoro Yudhoyono didukung Bupati Indartato dan Pemerintah Kabupaten Pacitan sebagai penyelenggara, replika dari maha karya zaman Majapahit tersebut berhasil diselesaikan. Pengerjaannya sendiri membutuhkan waktu 20 hari dengan melibatkan 7 seniman dari Sanggar Lung, Pacitan.
Untuk diketahui, Wayang Beber merupakan lukisan berangkai dengan urutan cerita di dalamnya. Pementasannya dilakukan dengan cara dibeberkan. Sedangkan sang dalang bertutur dari balik gulungan layer sebanyak 24 adegan.
Wayang beber Pacitan yang merupakan peninggalan masa kejayaan Prabu Brawijaya menceritakan tentang kisah cinta Dewi Sekartaji dan Panji Jaka Kembang Kuning. Fiksi romantika tersebut pada dahulu kala hanya dipentaskan
No comments

Goa Luweng Jaran

Luweng Jaran merupakan goa terpanjang di Indonesia. Luweng Jaran terletak di desa Jlubang, Kec. Punung, Pacitan, Jawa Timur. Ditemukan pertama kali oleh penduduk setempat, kemudian di eksplorasi pertama kali oleh tim Ekspedisi Gabungan Anglo – Australian, yang didampingi oleh Penelusur Gua dari Indonesia pada tahun 1984.



Mungkin nama goa yang satu ini masih asing di telinga kebanyakan orang, tidak sebagaimana tatkala mendengar nama Goa Gong atau Goa Tabuhan. Meski demikian keindahan goa yang satu ini tidak kalah jauh dibanding dengan kedua goa tersebut. Bahkan konon goa ini merupakan goa terpanjang di Indonesia.
Goa Luweng Jaran terdaftar pada tahun 2002, ditemukan pertama kali oleh penduduk setempat pada tahun 1984. Sampai saat ini, goa Luweng Jaran belum terbuka untuk umum, bahkan yang pertama kali memerawani goa ini justru para bule yang merupakan tim ekspedisi gabungan Anglo-Australia pada tahun 1987. Pada tahun ini hasil pemetaan goa tersebut mencapai panjang 11 km, kemudian ketika dilakukan ekspedisi kembali pada tahun 1992, goa ini terhubung dengan 

luweng Punung Plente (salah satu daerah di kota Pacitan), sehingga panjang goa mencapai 19 km. Data terakhir pada tahun 2002 panjang goa ini mencapai 25 km. Berbeda dengan Goa Gong maupun Goa Tabuhan yang strukturnya didominasi oleh bebatuan dengan berbagai macam bentuk keindahannya, goa Luweng jaran merupakan goa aliran sungai (sungai bawah tanah). Pintu masuk goa ini juga berupa sungai. Bahkan goa ini merupakan Swallow Hole atau tempat menghilangnya sungai permukaan ke dalam gua. Goa ini dikenal juga dengan nama goa Labirin karena lorongnya bercabang-cabang dan bertingkat.
Meski belum terbuka untuk umum sebagai tempat wisata, namun goa ini merupakan “surga” petualangan bagi para aktifis pecinta alam. Karena goa yang satu ini menyajikan beragam keindahan, tantangan sekaligus keajaiban. Dinding goa merupakan ornamen hamparan batu selayaknya relief ghaib istarat alam. Stalagtit dan stalagmit menjuntai dengan aneka bentuk, ada yang mirip manusia, binatang, menara bahkan miniatur Grand Canyon membentuk taman batu yang basah dan indah sekaligus mempesona.
 Satu lagi pesona keajaiban alam yang terdapat pada goa ini yaitu adanya tunas pohon kelapa yang menyeruak diantara pekatnya dinding dan atap goa yang basah, meski kekuningan namun pohon ini tetap hidup, ada juga yang menganggap ini hanya ornamen menyerupai pohon. Selain itu dilantai goa terbentuk telaga kecil yang berasal dari kumpulan tetesan air yang bening dan menampakkan dasar goa.  Suara tetesan air ini terdengar ritmis dan teratur bersaing dengan suara angin khas daerah pegunungan selayaknya suara magis, indah yang mengharukan.  Pesona ini diperkuat dengan pemandangan di lantai dan dinding goa, tebaran batuan mutiara yang menyinar tajam, memancarkan kilauannya. Namun para pengunjung dilarang keras memungut batuan ini karena salah bergerak sedikit saja, dinding kapur goa bisa retak dan runtuh.
Banyak hal unik yang tidak ditemukan di goa lain terdapat di Luweng Jaran. Lorong goa penuh lumpur dan juga terdapat static pool, selain itu material pasir besi dari laut dalam sebuah cekungan  di dasar goa juga menambah pesona goa ini.
Salah satu lorong di sisi barat chamber tersusun dari runtuhan bongkahan batu ukuran raksasa. Bagi pengunjung yang bermaksud menelusuri goa ini penelusuran dimulai dengan berjalan merunduk di antara celah-celah kecil bongkah batu. Di antara celah kecil itu, ada satu lorong kecil yang harus ditelusuri dengan cara merayap. Lorong inilah yang menyimpan keindahan ornamen yang semuanya telah mengkristal.
Kristal dari ornamen yang menyerupai selimut salju ini menyimpan berbagai misteri alam karena banyak bentukan-bentukan spesifik yang tak dapat dijumpai di goa lain. Salah satu ornamen unik di lorong ini adalah cave pearl, ornamennya berbentuk seperti kilauan mutiara dengan ukuran sebesar kelereng hingga kepalan tangan. Ornamen ini sering menjadi impian setiap caver karena tidak selalu ditemukan dalam penelusuran goa.
Panjang dan luasnya lorong Luweng Jaran, ditambah banyaknya ornamen goa spesifik, menjadikan goa ini sebagai dambaan kelompok penelusuran goa atau pencinta alam. Pengaturan manajemen yang baik dalam kegiatan penelusuran, bukan tidak mungkin akan memberi pengalaman berharga.
Sebagai contoh, penempatan basecamp di dasar luweng memberi arti bagaimana kita dapat menjalani metabolisme kehidupan dalam ruangan gelap gulita yang tidak mengenal perbedaan siang dan malam, jauh dari keramaian dan kebisingan. Hal-hal ini sudah merupakan kisah menarik dalam perjalanan hidup seorang penelusur goa.
Goa ini terletak di dusun Kasri, desa Jlubang, kecamatan Pringkuku, Kabupaten Pacitan. Lokasinya berada di perbukitan desa Jlubang, sekitar 20 km dari kota Pacitan ke arah Barat. Sampai saat ini goa ini baru disambangi oleh para pecinta petualang, belum dibuka untuk wisatawan. Diperlukan keberanian dan perasaan tertantang untuk menyambangi dan menyusuri goa ini.

No comments